Beberapa percikan air
turun menuju tanah yang kering.
Petrichor datang mengundang dari jendela tua kamarku.
Mengundang untuk
melihat hujan ‘menari’.
Mengundang untuk
merasakan ‘hangat’-nya hujan.
Mengundang untuk
berbagi kebahagiaan bersama hujan.
Tak mau menjadi
manusia yang sombong, melihat hujan adalah pilihan ku.
“Pedulikanlah hujan
sebelum kamu tidak dipedulikan oleh hujan” – Ucap Petrichor yang angkuh.
Saat ku buka jendela,
Petrichor menyambut dengan gembira
dan tetap angkuh.
Hujan menyambutku
dengan menghadirkan Petrichor dan
tarian indah.
Hujan tidak pernah
membuatku bosan, walau kadang aku dibuat kesal olehnya.
Jika aku marah karena
adanya hujan, sebut aku manusia sombong.
Jika aku sedih, sebut
aku manusia cengeng.
Jika aku bosan, sebut
aku manusia bodoh.
Jika aku senang,
sebut aku manusia pintar.
Tak ada alasan untuk
membencimu, Hujan.
Percayalah padaku,
bahwa orang orang membencimu adalah orang yang tidak patuh dengan diri sendiri.