Kamis, 16 Juli 2015

Teruntuk yang terkasih, @FebriRhamandiva.

Untuk,

Febri Rhamandiva.

Dari,

Firizka Ayu Kurnia.


Selamat pagi, jiwaku.
Entah harus dengan mengucapkan apalagi untukmu wahai kekasihku saat ini. Jika ada kata sayang yang diperuntukan yang terkasih, akan aku pakai selalu untukmu. Namun, kata sayang disini hampir sama derajatnya.
Entah harus bagaimana lagi memerlakukanmu sebagai orang yang tercinta setelah ayahku, selama kau berada disampingku, aku selalu ingin memerlakukanmu sebagai raja. Karena kau telah memerlakukanku sebagai ratu.
Entah harus darimana lagi aku mencintai dan menyayangimu. Setauku, aku sudah mencintai sisi buruk dan baikmu. Dan aku sudah menyayangi apa yang hadir di hidupmu.

Begitu banyak cobaan yang kita lewati, kau selalu mencoba menenangkanku dengan kata "sudah ya sayang". Kata yang singkat bahkan mengingatkan ku bahwa kau hadir di hidupku ini untuk menjalani rintangan bersamaku bukan hanya untuk melihatku dengan beribu kesakitan yang ku hadapi.

Mungkin aku pemarah, akhir akhir ini kau selalu menggodaku dengan kata "gendut", "gajah", "bapau" jika aku marah. Kata itu berhasil membuatku tersenyum. Beda jika temanku yang berkata panggilan tadi, mungkin aku tidak akan kembali melihatnya untuk menjadi temanku lagi.

Kau itu pekerja keras, kerja yang bisa saja lebih dari 10 jam lebih itu kau hadapi. Kadang aku menangis, bukan, aku bukan sedih karena aku ditinggalmu untuk bekerja, aku hanya sedih bahwa kau kerja lebih dari 10 jam kerja, kau masih saja tersenyum dihadapanku. Jiwamu itu lelah kan, sayang? Tapi kenapa kau masih bisa tersenyum untukku? Hanya itu yang ingin aku tanyakan padamu.
"Sayang aku berangkat dulu ya.
Sayang jaga diri, jaga hati, jaga pikiran disana.
Aku akan pulang sayang, jangan sedih:)
Aku sayang kamu.
I love you my fat girl, Firizka Ayu Kurnia.
Assalamualaikum sayang."
Kata kata itu yang bahkan sudah jadi makanan sehari hari yang aku dengar dari chat yang selalu kita buat dari hari ke hari.
Aku tidak tau keseharianmu disana.
Mungkin jarak ini menyiksa kita, tapi kau hadir untuk membahagiakanku, bukan?

Kata yang kau ucapkan sebelum kau lakukan itu membuatku meneteskan air mata.
Ingin sekali aku menatap wajahmu lalu membelai pipimu dan berkata
"Sayang, kita lihat kedepannya saja. Baiknya gimana."
Namun, aku tak sanggup...

Mungkin kamu seperti matahari, kamu rela membakar dirinya sendiri untuk menyinariku.

Kata kata ini tak seberapa dengan apa yang ada di isi hatiku.
Kau hadir dengan senyum, seolah mengajakku untuk senyum bersama.
Kau hadir membawa bahagia, seolah  mengajakku untuk bahagia bersama.
Apa yang kau bawa untukku itu bukan semuanya untukku.
Aku dan kamu itu diciptakan untuk menjadi kita.
Maka, apa yang kau bawakan untukku adalah untuk kita.

Sekian tulisan singkat yang meceritakan tentang kita.

I love you, My Pizza Man.

Febri Rhamandiva.

Dia; yang mencintaiku tanpa syarat (2)

“Selamat pagi, Sayang. Selamat tanggal 1 untuk yang ke 17 kita sayang. Maafin aku kalau aku belum bisa buat ayang bahagia. Sayang, semanga...