Rabu, 18 Februari 2015

Sangkar

Aku selalu membiarkanmu pergiberterbangan kemanapun... sesukamu...
Aku selalu membiarkanmu mencari apa yang kamu suka.
Aku selalu membiarkanmu membuang kepenatanmu
Aku tidak membiarkan kamu selalu di tempat ini
Aku tidak akan memaksamu untuk cepat pulang
Aku tidak akan ‘menghilangkan’ diriku disaat kamu lupa akan aku.
Aku tidak akan bosan untuk selalu menunggu kedatangan kamu kembali.
Aku hanya kesal, angin begitu besar usahanya untuk menjatuhkanku.
Aku hanya kesal, hujan selalu membuatku kedinginan.
Aku hanya kesal, matahari selalu membuatku kusam.
Aku hanya kesal, karena aku tidak tau sampai kapan aku menempelkan diriku pada batang kayu yang sudah aku anggap tak layak untuk aku tempati.
Aku hanya kesal, mengapa burung burung lain yang datang kepadaku.
Sialnya, aku masih bertahan.
Bukankah seharusnya aku sudah jatuh tertiup angin yang sangat kencang?
Bukankah aku seharusnya mengurung burung burung yang lain disaat aku tau bahwa itu bukan kamu?
Bukankah aku seharusnya tidak menunggumu lagi?
Disini aku menunggumu. Menunggu kehadiranmu yang tak pasti.
Tapi doakan aku, agar aku tak tertiup angin sebelum kamu datang.
Doakan aku, agar aku tak mati kedinginan sebelum kamu pulang.
Doakan aku, agar aku tak terbakar matahari sebelum kamu merasakan kehangatan diriku.

Sayang, percaya padaku, bahwa aku takkan pernah pergi sebelum kamu pulang.

-          Ucap sangkar kepada burung.


22:03 4 Februari 2015 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dia; yang mencintaiku tanpa syarat (2)

“Selamat pagi, Sayang. Selamat tanggal 1 untuk yang ke 17 kita sayang. Maafin aku kalau aku belum bisa buat ayang bahagia. Sayang, semanga...